Namanya Puspita Lazurtin. Teman sekolah memanggilnya Pita,tapi saya lebih senang memanggilnya Surti. Murid yang satu ini sangat suka mengajukan pertanyaan saat saya mengajar Fikih dikelasnya. Kadang dua jam pelajaran dia yang menghabiskannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggurita. Keinginan untuk tahu pada dirinya sangat besar sekali. Mulai dari pertanyaan ringan,berat bahkan lucu, muncul begitu saja dari mulutnya -yang sedikit ndomble- begitu saya menyampaikan pelajaran,bahkan terkadang sebelum pelajaran dimulai.
"Kang,bagaimana ketika seorang wanita sedang sholat kemudian ada semut yang masuk kemaluannya...?" Tanya Surti pada saya saat menerangkan perkara-perkara yang membatalkan sholat dikelas. Di sekolah saya memang sering dan lebih suka dipanggil 'Kang' karena itu membuat saya merasa tetap muda walau tanpa suplemen awet muda.
"Ya geli to Sur... gitu saja pakai ditanya" Jawab saya disambut tawa murid-murid yang lain.
"Maksud saya bukan itu Kang, apa shalatnya boleh dibatalkan atau harus diteruskan...? Jelas Surti setelah tawa teman-temannya reda.
"Shalat Fardlu apa Sunat ?" Tanya saya
"Fardlu Kang..." Jelas Surti
"Sholatnya diteruskan saja Sur... jadi tidak boleh atau haram membatalkan / memutuskan sholat fardlunya selagi masih bisa menahanya dan tidak membahayakan" Jawab saya
"Tapi ketika dibiarkan sangat menggangu kok Kang... geli-geli gimana gitu..." Lanjut Surti disusul tawa teman-temannya.
"Ya ditahan saja dulu, jika sudah tidak bisa menahannya atau khawatir akan berbahaya maka bolehlah memutus sholatnya,bahkan terkadang malah wajib". Jawab saya
"Terus kalau dia membatalkan shalatnya lalu mengeluarkan semut tadi , atau semut tadi keluar sendiri, apa wudlunya batal Kang?" Lanjut Surti.
" Tergantung Sur...Bisa batal bisa tidak. Kalau semut tadi sudah masuk ke bagian yang tidak wajib dibasuh saat istinjak/cebok,maka wudlunya batal. Kalau masuknya di bagian yang wajib dibasuh saat istinjak,maka wudlunya tidak batal. Kemarin kan sudah saya terangkan bahwa diantara perkara yang membatalkan wudlu adalah keluarnya sesuatu dari qubul maupun dubur,selain sperma atau mani.Lupa ya...? " Jawab dan tanya saya.
"Iya,he he ... Terus kalau shalatnya sunat, Kang...?" Lanjut Surti lagi
"Kalau shalat sunat boleh dibatalkan walaupun dia belum merasa terganggu" Jelas saya.
"Pengalaman pribadi ya Sur..." Tanya saya
"He he..... iya,Kang..." Jawab Surti malu-malu
"Andai aku yang jadi semutnya Sur...." Lanjut saya sambil tersenyum
"Waladalaaaaaaaah ... Kaaaaang..." Surti meraju.
Memang, anak kritis seperti Surti tidak selalu anak yang mempunyai kecerdasan tinggi. Hal ini telah saya buktikan dari pengalaman mengajar, ada anak yang cerdas suka bertanya, ada pula anak yang sangat lambat belajar yang juga suka bertanya. Kritis atau tidaknya seorang anak, sama sekali tidak tergantung pada tingkat kecerdasan. Bisa saja anak dengan taraf kecerdasan rata-rata seperti Surti, lebih kritis dibanding anak dengan taraf kecerdasan jauh di atas rata-rata.
Di antara yang paling menentukan adalah lingkungan di mana si anak dibesarkan. Dalam hal ini lingkungan keluarganya. Anak yang kritis biasanya adalah anak yang mendapat keleluasaan untuk mengemukakan pendapat. Si anak bebas mengeluarkan pendapatnya tanpa takut dilarang atau dimarahi. Selain itu, banyaknya rangsangan dari luar juga dapat membantu anak mempertajam kemampuan berpikirnya.
Rangsangan dari luar ini dapat berupa informasi mengenai berbagai hal di lingkungannya. Informasi ini dapat diberikan oleh orang tua secara aktif melalui berbagai media, seperti buku, televisi, rekreasi ke tempat baru, dan sebagainya.
Orang tua bisa membacakan cerita, menerangkan tentang tempat yang dikunjungi atau apa saja yang ditemui di lingkungan sekitar. Mungkin Surti dibesarkan dengan suasana dan lingkungan seperti itu.
Ayo pak, di Lanjutkan Cerpenya, mugi saget maringi manfaat, kangge umat islam, khususipun santri balekambang. :)
BalasHapus