BATU AKIK

BATU AKIK


Menikmati kopi dan gorengan di angkringan 'Sego Kucing' dekat pasar Pecangaan malam itu bagi saya setidaknya sedikit menghilangkan rasa penat setelah beraktifitas sekian hari.
Tidak jauh dari Angkringan,terlihat kerumunan orang sedang bertransaksi atau sekedar  melihat-lihat batu yang di jajakan diatas trotoar yang mestinya jadi hak pejalan kaki.
"Akhir-akhir ini, yang namanya batu Akik sangat ngetrend sekali, ya kang...". Kata Mat Dalhar yang malam itu saya ajak ngopi di angkringan.
"Ya begitulah Har...,semua itu ada waktu dan pasarnya sendiri-sendiri". Jawab saya sambil menuangkan kopi ke lépék.
 "Lha Sampeyan sendiri punya berapa kang...". Tanya Mat Dalhar Sambil melirik akik yang saya pakai.
"Képo aja kamu Har... saya sudah  punya lima biji". Jawab saya.
"Lima itu khasiatnya apa saja Kang... he he he". Tanya dia lagi sambil ketawa nyengir.
"Tidak tahu". Jawab saya singkat.
"Tapi Kang,...ditengah-tengah maraknya batu akik seperti ini bisa jadi muncul beraneka ragam dalam berkeyakinan lho...". Ungkap dia sambil makan kacang rebus.
"Keyakinan apa...?" Tanya saya untuk memahami lagi apa yang dia maksud.
"Maksudnya ,sebagian ada yang menganggap kalau batu akik itu hanya sebagai hiasan tangan saja,terus sebagian yang lain ada yang  menyakini sebagai sebab musabab, dan mungkin juga ada sebagian orang yang meyakini kalau batu akik itu punya tuah tersendiri". Jawab dia menjelaskan maksudnya.
"Ooh... Ya bisa saja... Tapi kita kan tidaķ tau keyakinan masing-masing orang... Wong keyakinan itu tempatnya dihati. Jadi yang tahu Gusti Allah Ta'ala sama orangnya sendiri. Saya malah punya teman Facebook yang bisnisan batu akik, Naywa Rusdi Fatkhul Kirom dan Bang Doell namanya. Saya yakin pasti keyakinan mereka tentang batu akik hanyalah laba,itu saja. He he he  ". Jawab saya setelah menyerutup kopi hangat dari lépék.
"Nah... Oleh karena itu Kang..., saya mohon pencerahannya sesuai hukum yang ada, supaya tidak terjadi fitnah yang berkelanjutan". kata Mat Dalhar lebih lanjut sambil menghabiskan kacang rebusnya.
"Jawabnya nanti, saya tak makan tahu susur sama mendowan dulu... Lapaaar... he he he...". Jawab saya sambil memilih tahu susur yang rada semok.
"Njih Kang... Tak tunggu". Kata dia menyetujui.
Setelah selesai makan dua tahu susur dan dua mendowan , saya serutup kopi hangat lagi untuk menghantarnya kedalam perut saya.
"Begini,...  Al Imam Syaikh Al-Islam Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ahmad Al-Baijuri Al-Syafi'i mengatakan: “Barang siapa berkeyakinan bahwa sesungguhnya sebab-sebab yang sudah lumrah seperti api, pisau, makanan, minuman itu dapat memberikan dampak pada sebuah akibat, seperti membakar, kenyang, melepas dahaga dengan tabiat dan dzatiyahnya sendiri, maka keyakinan semacam itu dapat menyebabkan KUFUR berdasar konsensus (ijma'-) Ulama'. Dan yang meyakini bahwa Allah menciptakan kekuatan didalam hal-hal tersebut diatas, seperti Allah menciptakan kekuatan didalam api sehingga dapat membakar, menciptakan kekuatan didalam pisau sehingga dapat melukai, menciptakan kekuatan didalam makanan sehingga dapat mengenyangkan, menciptakan kekuatan didalam minuman sehingga dapat menyegarkan, maka didalam kekufuran orang yang berkeyakinan semacam itu terdapat dua pendapat. Menurut pendapat yang lebih autentik (ashah-),kenyakinan semacam itu tidak menyebabkan kufur melainkan FASIQ. Dan barang siapa berkeyakinan bahwa yang mengakibatkan adalah Allah, namun Allah menciptakan antara sebab dan akibat sebagai hal yang saling berkaitan secara logika dengan anggapan tidak akan ada akibat jika tidak ada sebab, maka meanset dan keyakinan semacam itu adalah meanest dan keyakinan orang BODOH. Dan barang siapa berkeyakinan bahwa yang mengakibatkan adalah Allah, dan Allah menjadikan antara sebab dan akibat sebagai hal yang saling berkaitan secara kebiasaan (adat) saja, sekiranya tanpa ada sebab, akibatpun dapat terjadi, maka meanset dan keyakinan seperti itu adalah keyakinan orang mu'min yang SELAMAT". Jawab saya dengan mengambil keterangan dari kitab Tuhfah Al-Murid hal. 57 dan Hasyiyah Al-Dasuqi 'Ala Ummi Al-Barahin hal 40-41.
"Lebih jelasnya kalau dalam konteks batu akik bagaimana Kang...?". Tanya dia.
"Berdasar uraian tersebut diatas, maka hukum meyakini dan mempercayai khasiat yang dimilik batu Akik adalah diperinci sebagaimana berikut:
• Jika meyakini bahwa batu Akik dapat memberikan sebuah dampak dengan tabiat dan dzatiyahnya sendiri sesuai khasiat yang dimilikinya, maka hukumnya adalah kufur (Ijma’).
• Jika meyakini bahwa batu Akik dapat memberikan sebuah dampak dengan khasiat dan kekuatan yang diberikan oleh Allah, maka hukumnya adalah fasiq menurut pendapat yang lebih autentik (ashah).
• Jika meyakini bahwa yang memberikan dampak serta akibat adalah Allah,namun Allah menjadikan antara batu Akik dengan khasiatnya dan dampak yang dihasilkannya sebagai hal yang saling berkaitan secara logika, sehingga beranggapan jika tidak ada batu Akik maka khasiatnya pun tidak akan ditemui, maka meanset dan keyakinan semacam itu adalah meanset dan keyakinan orang-orang bodoh.
• Jika meyakini bahwa yang memberikan dampak serta akibat adalah Allah,dan Allah menjadikan antara batu Akik dengan khasiatnya dan dampak yang dihasilkannya sebagai hal yang saling berkaitan hanya secara kebiasaan (adat), sehingga beranggapan walaupun tidak ada batu Akik maka khasiatnyapun dapat ditemui, maka meanset dan keyakinan semacam itu adalah meanset dan keyakinan orang-orang mu’min yang selamat". Jawab saya lebih lanjut.
"Gitu ya Kang... Selamat lagi kalau tidak tahu khasiatnya seperti sampeyan Kang... he he he". Timpal Mat Dalhar.
"Amiin...  WaLlahu a’lam bish_shawâb". Do'a dan jawab saya mengakhiri diskusi dan acara ngopi malam itu.

Setelah membayar kopi dan jajanan yang kami makan,kamipun meluncur pulang karena aktifitas padat besok pagi harus aku jalani lagi.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "BATU AKIK"

Posting Komentar